Jika Kita Tak Pernah Jatuh Cinta (Bab II)

Bab II, Semoga terhibur :)


Saat Hati Terasa Kosong

  Seperti ruang kosong yang tak terawat, hatimu sudah penuh debu.

  Hari-hari setelah meninggalkannya tak pernah mudah. Teman-teman memang ada di sisimu. Keluarga memang ada mendukungmu. Namun setiap malam, ketika kau sendiri di kamar, menjelang tidurmu, namanya muncul di kepalamu. Saat kau memalingkan muka, malah wajahnya yang hadir. Pada saat-saat seperti itu, hatimu rasanya sesak, debu-debu semakin padat dan pekat.

   Lalu, kau akan melakukan berbagai cara untuk menghilangkan debu di dalam hatimu, seperti curhat tengah malam bersama temanmu atau berbincang dengan keluargamu. Dan, ketika selesai berbincang dengan mereka, memang ada kelegaan tersendiri. Debu-debu dalam hatimu seolah ditiup angin. "Namun, mengapa pada akhirnya, hatiku terasa kosong? Lagi dan lagi?" gumammu dalam hati.

   "Apakah aku memang masih membutuhkannya? Ataukah aku butuh cinta yang baru?" tanyamu setiap malam. Namun, logika dan hatimu saling serang argumen. Kembali dengannya terlalu menyakitkan. Lagi pula, emang dia masih sayang aku? Dia aja udah punya yang baru. Apa aku butuh cinta baru? Tetapi kenapa ya, rasanya kayak mati rasa? Kayak udah lelah jatuh cinta lagi.

   Jika aku berada di sana, aku ingin berkata padamu :
   Tidak, kamu bukan butuh dia. Kamu juga bukan butuh cinta yang baru.

   Kamu hanya butuh berzikir.

   Mulailah dari yang kau tahu. Pahami maknanya. Astaghfirullah, aku memohon ampun kepada Allah. Astaghfirullah wa atabu ilaih, aku memohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya. Subhanallah wa bi hamdi subhanallahil 'azhim, Maha suci Allah dan segala puji bagi-Nya. Maha Suci Allah yang Maha Agung. Telusuri kandungannya melalui sumber-sumber terpercaya, benahi pelafalannya, lalu maknai dalam hati.

   Karena banyak yang telah merasakannya : Di balik zikir ada sebuah ketenangan permanen, sangat mengena di hati. Seperti menghirup udara di kala fajar, tiupan angin sejuk di tengah kemarau, menatap danau yang tenang, tidur nyenyak di malam hari dengan hiasan mimpi indah.

   Mungkin saat bibirmu mulai melantunkan zikir, rasanya masih biasa saja. Namun teruskanlah, ucapkanlah, jangan menyerah, maknai maknanya, ingat janji-janji Allah di setiap zikir yang kau lantunkan, dan janji Allah adalah benar. Seperti mendung yang mengawali hujan, segala butuh proses. Seperti batu yang melapuk, segala butuh waktu. Tak apa-apa jika di menit-menit pertama kau belum merasakan ketenangan itu. Teruskan saja, luruskan niatmu. Nanti, perlahan-lahan, hatimu akan melunak.

   Dan, saat itulah ketenangan menyebar di seluruh hatimu. Ini ketenagan yang nyata dan berbeda. Rasanya lebih indah dari berjumpa dengan kawan lama, lebih indah dari rasa jatuh cinta, lebih indah dari distraksi-distraksi lain.

   Tahukah kau mengapa kau merasa tenang seindah ini? Mungkin, mungkin saja, karena zikir ini adalah satu dari sekian amalam yang kau lakukan sendirian, tanpa seorang pun tahu, hanya untuk Allah, Tuhan pencipta Langit dan Bumi dan apa pun di antara keduanya. Mungkin, mungkin saja, karena zikir ini adalah satu dari sekian hal yang balasannya tak hanya di dunia ini, melalui ketenangan ini, melainkan juga sesuatu yang kau bawa hingga akhirat, yang balasannya, mudah-mudahan, kau terima dengan sempurna di akhirat. Sehingga hatimu terasa lebih terjamin.

   Mudah-mudahan, ini jadi satu sekian hal yang menyelamatkan kita di dunia ini, di akhirat nanti.


Sampai bertemu di Bab berikutnya :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Film Lights Out

“KEYHOLE”