Jika Kita Tak Pernah Jatuh Cinta (Bab III)

Bab III , Semoga Terhibur :)


Orangtua Yang Tak Merestui

   Orangtua mu punya satu aturan : tidak ada yang namanya pacaran 
   Siapa pun pacarmu, mereka tak akan merestui

   Dan kini, kau duduk di ruang keluarga, di sofa depan televisi. Namun, televisinya dimatikan. Ayah dan Ibu di hadapanmu, berdiri mengintrogasimu.

   "Masa tiap hari kerjaannya hape, hape, hape terus. Mama nggak pernah lihat kamu berlajar, lho."

   "Kamu harus belajar sungguh-sungguh. Papa khawatir kamu yang menyesal sendiri"

   "Malam-malam itu kamu biasanya telpon sama siapa? Mama nggak mau ya, kalau kamu sampai pacar-pacaran."

   "Coba kamu lihat anak tetangga sebelah. Belajarnya rajin, nggak pernah ini-itu---"

   Dan, mulailah mereka bermain Mari Membandingkan Anak Kami dan Anak Tetangga.
   Jadi, kau hanya bisa tersenyum, memutar matamu dengan jengkel, dan memandang ke arah lain seolah tak mendengar apa-apa.

   Sudah biasa dibandingkan seperti ini.
   "Jangan kerjanya hape, hape, hape terus."
   Tetapi, mengapa, ya, telinga tetap panas?

   Rasa-rasanya, kau ingin menjawab, "Coba, Ma, Pa, jangan bandingkan aku sama anak-anak baik terus. Bandingkan aku sama remaja lainnya. Mereka lebih parah dari aku. Ada yang udah merokok. Ada yang pakai narkoba. Ada yang pacarannya berlebihan banget. Ada yang hamil. Ada yang dikeluarkan dari sekolah. Aku ngapain sih? Aku cuma pacaran, dan itu nggak ngapa-ngapain."

  Mana mungkin kau melakukan ini? Kau pasti dibilang anak kurang ajar. Orangtua selalu benar. Dan, kau selalu salah.

   Tetapi, kau ingin orangtua mu tahu...

   "Dan, Ma, Pa aku nggak pernah ngapa-ngapain sama pacarku. Dia orang baik. Aku tahu batasanku. Kita saling motivasi, supaya lebih semangat belajar. Jalan-jalan aja jarang banget. Dan, Mama dan Papa juga harus tahu, selama ini, aku butuh kalian, tetapi kalian nggak pernah ada. Jangan salahin aku, aku cuma butuh teman yang perhatian, dan aku dapat itu dari pacar aku. Dan, dia nggak main-main. Dia benar-benar baik sama aku."

   Namun, percuma. Orangtua selalu benar, dan kau selalu salah.


   Setelah itu, orangtua mu memberi berbagai wejangan : tentang pentingnya pendidikan, keharusan menuntut ilmu setinggi-tingginya, tentang tidak bermanfaatnya berpacaran, dosanya berpacaran. Dan, telingamu muak mendengar nada-nada tinggi mereka. Di saat seperti ini, kau merindukan suara lembut pacarmu, yang selalu bisa menenangkanmu.

   Jika aku berada di sana, aku tak akan mengangkat satu suara pun. Orangtua mu sangat berprinsip, dan mari kita hargai itu. Mungkin, caranya menyakitimu. Tetapi, orangtua juga manusia, mereka tak sempurna, kau juga manusia, tak sempurna, memang kau sedang tenggelam dalam manisnya cinta, begitu membela seseorang yang baru mencintaimu beberapa bulan ini. Jika aku berada di sana, aku akan segera beranjak. Lalu, masuk ke kamarku, menutup pintu pelan-pelan. Tetapi, kubiarkan sedikit celah yang membuka, mengintip interogasi orangtua mu dan dirimu yang diam-diam melirik ponsel, seakan menanti pesan darinya.

   Hal ini sering terjadi di rumah-rumah lain. Sedihnya, tak banyak yang bisa kulakukan, selain menyisikan satu halaman kecil untukmu, lalu menuliskan sebuah puisi sederhana, lihat halaman berikut, dan ingat-ingatlah selalu


   Cinta orangtua mu adalah...
   Kasih sayang bertahun-tahun, harta yang dihabiskan untukmu,

   Tenaga yang dikerahkan untuk masa depanmu,
   Mengajarimu hal paling mendasar dalam hidup: Berjalan dan Berbicara

   Lalu, berharap kau menjadi seseorang di masa depan
   Sayangnya, saat kau masih remaja, kau melihat mereka adalah musuh utamamu.

   Cinta pacarmu adalah...
   Cinta yang belum tentu bertahan lama,
   hormon-hormon yang baru aktif, hawa nafsu yang menggebu,

   harta orangtuanya yang dia gunakan untukmu,
   tenaga yang dikerahkan karena masih mencintaimu,

   mengajarimu hal paling mendasar dalam hubungan ini: Melanggar aturan orangtua mu
   
   Sayangnya, saat masih remaja, kau melihatnya seperti pahlawan berjasamu.
   Bagaimana jika akhirnya semua ini berbalik?

   Orangtua menjadi pahlawan yang tak pernah mau kau akui
   Dan, dia menjadi musuh utama yang tetap saja kau harapkan.


Cinta memang kadang sangat membuaimu hingga kau lupa. Hingga kau terbang tinggi sekali, tetapi kakimu harus tetap napak di bumi. Ingatlah siapa yang dengan tanpa syarat menyayangimu meski kau sudah kecewakan mereka berkali-kali, pernahkah mereka pergi?


Sampai bertemu di Bab berikutnya :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Film Lights Out

“KEYHOLE”